Analisis Monolithic National Culture dalam Rekonseptualisasi Double Movement (Studi Kasus: Pancasila di Indonesia)
Abstract
Rekonseptualisasi Blad (2008) terhadap “proteksi ekonomi nasional” menjadi “proteksi kebudayaan nasional yang bersifat monolitik” merupakan solusi ideal untuk kerangka double movement Polanyi (1944) di rezim neoliberal. Model analisis sekunder adalah model yang secara jelas diterapkan dalam penelitian ini. Untuk penelitian kualitatif, model ini masih baru. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan yang semakin luas dan semakin maraknya penelitian yang dilakukan dengan metode kualitatif, ada beberapa peneliti yang menggunakan analisis sekunder tergantung kebutuhan proses analisis penelitiannya. Kebutuhan atas kembali kuatnya negara sebagai pemegang kendali atas double movement-nya kemudian disadari sebagai fungsi mediasi menuju stabilitas sosial. Namun sangat disayangkan, upaya monolithic national culture tidak berjalan lancar di Indonesia dalam rezim neoliberal. Perspektif materil menjadi pandangan dominan yang menganggap setiap potensi sebagai komoditas. Pancasila merupakan instrumen ideal sebagai penyeimbang movement in- dan movement out- Indonesia karena juga merupakan ideologi dasar kerakyatan Indonesia. Hanya saja potensi kekuatan ini cenderung di- anak kedua-kan karena pertimbangan atas ekonomi nasional senantiasa menjadi prioritas Indonesia dalam setiap kebijakan dan sikapnya dalam suatu keputusan politik.