Studi Farmakovigilans Penggunaan Obat Antiretriviral di Puskesmas Semarang
DOI:
https://doi.org/10.24252/jfuinam.v11i1.17910Abstrak
Kasus epidemi HIV di Indonesia pada tahun 2015 jumlah penderita yang terinfeksi HIV sebanyak 30.935 jiwa hingga tahun 2019 meningkat sebanyak 50.282 kasus baru. Pemberian Anti Retroviral Therapy (ART) memiliki dampak interaksi dan efek samping obat dalam jangka waktu yang lama. Meningkatnya efek samping obat dipengaruhi adanya perubahan mitokondria yang mengalami disfungsi serebrovaskular dan metabolism obat yang besar oleh enzim golongan sitokrom P450. Tujuan Penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran dan kejadian reaksi obat yang tidak diinginkan pada pasien yang diberikan resep obat antiretroviral di puskesmas. Jenis penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif, pengambilan data dilakukan secara prospektif pada pasien yang menerima obat HIV di Puskesmas. Populasi penelitian ini berjumlah 10 pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah quota sampling dengan instrumen penelitian berupa lembar wawancara ROTD yang diambil dari algoritma Naranjo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan obat antiretroviral (ARV) dapat menimbulkan reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD) seperti mual, muntah, pusing (vertigo) pada 10 pasien dan masuk kategori probable sebesar 70% dan possible sebesar 30%.
Kata kunci: Farmakovigilans, Antiretroviral (ARV), Reaksi obat yang tidak diinginkan (ROTD)
Referensi
National AIDS Commission. 2. National AIDS Commission. 2007. National AIDS Commission 2007-2010 HIV and AIDS Response Strategies.
Riyarto S, Hidayat B, Johns B, Probandari A, Mahendradhata Y et al. 2010. The financial burden of HIV care, including antiretroviral therapy, on patients in three sites in Indonesia. Oxford University Press, Health Policy and Planning 2010;25: 272-282.
JOTHI. 2010. Akses Obat ARV di Indonesia sebagai upaya penjaminan kesehatan masyarakat dan membangun perlindungan sosial ekonomi dalam penanggulangan AIDS. www.jothi.or.id : diakses 30 Mei 2011
Pingen M,Wensing AMJ,Fransen K, De Bel A, de Jong D, Hoepelman AIM, et al. Persistence of frequently transmitted drug-resistant HIV-1 variants can be explained by high viral replication capacity. Retrovirology. 2014;11:105–120 5.
Menendez-Arias L. Mutation rate and intrinsic fidelity of retroviral reverse transcriptases. Viruses, 2009; 1(3):1137–1165. doi: 10.3390/ v1031137
Avihingsanon, Anchalee, Wirach Maek-a-nantawat, and Sivaporn Gatechompol. 2017. “International Journal of Infectious Diseases Ef Fi Cacy and Safety of a Once-Daily Single-Tablet Regimen of Tenofovir , Lamivudine , and Efavirenz Assessed at 144 Weeks among Antiretroviral-Naïve and Experienced HIV-1-Infected Thai Adults $ , $$.” International Journal of Infectious Diseases 61. International Society for Infectious Diseases: 89–96. https://doi.org/10.1016/j.ijid.2017.06.009.
Poupard, M, N F Ngom Gueye, D Thiam, B Ndiaye, P M Girard, E Delaporte, P S Sow, and R Landman. 2007. “Quality of Life and Depression among HIV-Infected Patients Receiving Efavirenz- or Protease Inhibitor-Based Therapy in Senegal,” 92–95.
Sanjay Pujari*, Ameet Dravid, Nikhil Gupte, Kedar Joshix and Vivek Bele. 2008. “Journal of the International AIDS Effectiveness and Safety of Generic Fixed-Dose Combination of Tenofovir / Emtricitabine / Efavirenz in HIV-1-Infected Patients in” 6: 6–11. https://doi.org/10.1186/1758-2652-10-8-196.
Swartz, J E, L Vandekerckhove, H Ammerlaan, A C De Vries, J Begovac, W F W Bierman, C A B Boucher, et al. 2015. “Efficacy of Tenofovir and Efavirenz in Combination with Lamivudine or Emtricitabine in Antiretroviral-Naive Patients in Europe,” no. March: 1850–57. https://doi.org/10.1093/jac/dkv033.