AKAL DALAM AL-OUR’AN
DOI:
https://doi.org/10.24252/.v8i1.1283Abstract
Para pembahas di semua disiplin sependapat tentang eksistensi akal pada manusia sebagai instrumen terpenting, sekaligus sebagai jati diri dan pembeda dari makhluk Allah lainnya. Al-Qur’an tidak mendefenisikan akal secara sarih, namun dapat ditangkap maknanya ketika ia menerangkan tentang fungsi-fungsi akal bagi manusia seperti untuk mengenal, mengkaji tentang diri, alam dan Allah. Simpulannya, menurut al-Qur’an, akal bagi manusia itu adalah jati dirinya. Dengan begitu, maka Informasi dari al-Qur’an ternyata searah dengan apa yang disampaikan oleh para ilmuwan di berbagai disiplin; bahkan justru lebih memperkuat sekaligus memberi tekanan khusus pada hal-hal tertentu, yang tidak mereka bicarakan, terutama dalam hal akibat (dunia dan akhirat) bila akal itu tidak difungsikan oleh manusia. Apabila manusia memanfaatkan potensi akalnya dengan sungguh-sungguh, ia akan dapat mengorbit menjadi manusia pilihan dengan SDM yang berkualitas dan dengan jati diri terpuji di sisi Allah swt.
Downloads
References
[2]Anis, Ibrahim, Mu’jam al-Wasith. t.tt.:, tp., t.th.
Bagus, Lorens, Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia, 1996.
[3]Capra, Firntjop, The Trainning Point: Science, Society and the Rising Culture, diterjemahkan oleh M. Thoyib dengan judul: Titik Balik Peradaban: Sains, Masyarakat dan Kebangkitan Kebudayaan. Yogyakarta: Benteng Budaya, 1997.
[4]Gazali, Abu Hamid bin Muhammad bin Ahmad al-, Ihya Ulum al-Din, I. Mesir: Maktabat wa Mathba’ah al-Masyud al-Islami, t.th.
[5]Hoesin Oemar Amin, Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1975..
[6]Jumantoro Totok dan Samsul Munir Amin, Kamus Ilmu Tasawuf. Jakarta: Amzah, 2003.
[7]Mahdi,.. Muhsin, “Tradisi Rasional dalam Islam” dalam Farhad Daftary (ed)., Intellectual Traditions in Islam, diterjemahkan oleh Fuad Jabali dengan judul: Tradisi-tradisi Intelektual Islam. Jakarta: Erlangga, 2002.
[8]Mansur, Jamaluddin Muhammad bin Muhammad al-Mukarram al-Anshari ibn, Lisan al-Arab. XIII, Mesir: Far al-Mishriyyah, t.th.
[9]Masih, George Mitriy Abd., Mu’jam Qwa’id al-Lughath al-Arabiyah. Beirut: Maktabat Libnan, 1989.
[10]Muhammad, Abbas Ahmad Ali, Lisan al-Lisan. .Beirut: Dar al-Kutub ali-Ilmiyah, 1993
[11]Nasution, Harun, Filsafat dan Misticisme dalam Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1973.
[12]Qattan, Manna Khalil al-, Mabahits fi Ulum al-Qur’an, diterjemahkan oleh Drs. Mudzakkir AS dengan judul: Ilmu-ilmu al-Qur’an. Jakarta: Pustaka Litera Pintar Nusa, 1994.
[13]Ridha, Muhammad Rasyid, al-Wahy al-Muhammadiy. t.tt.: al-Maktabat al-Islamiy, t.th.
[14]Salim, Abd. Muin, Konsepsi Kekuasaan Politik dalam al-Qur’an. Jakarta: Raja Grapindo Persada, 1994.
[15]Shihab, M Quraish, Menyingkap Tabir Ilahi, Asma al-Husna dalam Perspektif al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2005.
[16]Suharto Dedi, AK., Qur’anic Intelligence Quetient. Tangerang: Patahillah Bina al-Fikri Press, 2006.
[17]Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2001.
[18]Zakariya, Abu al-Husain Ahmad ibn Faris ibn, Mu’jam Maqayis al-Lughah,IV. Beirut: Dar al-Fikr, 1972.