Karakteristik Penyakit Telinga Luar di Makassar Sulawesi Selatan

Penulis

  • Utami Murti Pratiwi Fakultas Kdokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
  • Syahrijuita Syahrijuita Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar
  • Sri Ramadhany Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar

DOI:

https://doi.org/10.24252/alami.v2i1.9247

Abstrak

Di Indonesia, kehilangan pendengaran dan ketulian masih merupakan salah satu masalah yang dihadapi masyarakat oleh karena kurangnya infrastruktur, kurangnya kesadaran dan pengetahuan publik tentang kesehatan indera pendengaran untuk mencegah penyakit tersebut. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk memperoleh data karakteristik penyakit telinga luar di klinik THT RSWS periode Januari-Desember 2012. Jenis penelitian ini adalah penelitian epidemiologi deskriptif dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis. Jumlah pasien dengan penyakit telinga luar dalam penelitian ini adalah 984 kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase tertinggi ditemukan pada kelompok usia> 50 tahun (21,7%) dan proporsi pasien lebih banyak pada laki-laki (50,2%) dibandingkan wanita (49,8%). Berdasarkan jenisnya, otitis eksterna merupakan jenis yang terbanyak yaitu 408 kasus (43,2%). Distribusi penyakit otitis eksterna berdasarkan jenis kelamin dan umur, diperoleh bahwa perempuan lebih banyak menderita otitiss eksterna dibandingkan laki-laki, sedangkan kelompok umur yang terbanyak adalah kelompok umur lebih dari 50 tahun diikuti dengan kelompok umur 0-10 tahun dengan jenis penyakit yang terbanyak adalah otitis eksterna difus profunda yaitu 24 kasus (57,4%). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa penyakit telinga luar secara umum lebih banyak ditemukan pada laki-laki dengan usia lebih dari 50 tahun. Sedangkan untuk jenis penyakit telinga luar yang paling banyak diderita adalah jenis otitis eksterna.

Referensi

1. Departemen Kesehatan. 2011. Indikator Indonesia Sehat 2020. Departemen Kesehatan Indonesia
2. Abdullah F, 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring Dengan Salep Ichthyol (Ichthammol) Pada Otitis Eksterna Akut. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara, 1-38. Tesis
3. Pasetto, S., Polo, M.D., Taragona, E.S. 2014. External ear disease: a clinical update and radiologic view. European Clinicall Radiology
4. Nurbaiti, I., Efiaty, A.S. 2004. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung dan Tenggorok. Edisi 5. Balai Penerbit FKU1. Jakarta.
5. Departemen Kesehatan. 2010. Telinga Sehat Pendengaran Baik. Departemen Kesehatan Indonesia
6. Guest, JF., Greener MJ., Robinson AC, Smith AF. 2004. Impacted Cerumen : compotition, production, epidemiology and management. QJM.; 97(8):477-488
7. World Health Organization. 2010. Deafness and Hearing Impairment
8. Patrick,D, Georgirus.M, Marco,C. 2010. Ear Canal Cholesteatoma: Meta-analysis of Clinical Charateristics with Update on Classification Staging and Treatment. Otolaryngology and Head & Neck Surgery. Volume 8. Issue 5. P 369-376
9. Murtaza, M., Patawai, P., Sien, M.M., et al. 2015. Acute Otitis Externa : Pathophysiology, Clinical Presentation, And Treatment. IOSR-JDMS; 14(7):73-78
10. Kementrian Kesehatan. 2003. Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Pendengaran untuk Mencapai Sound Hearing 2030. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Unduhan

Diterbitkan

2019-06-17

Cara Mengutip

Murti Pratiwi, U., Syahrijuita, S., & Ramadhany, S. (2019). Karakteristik Penyakit Telinga Luar di Makassar Sulawesi Selatan. Alami Journal (Alauddin Islamic Medical) Journal, 2(1), 28–36. https://doi.org/10.24252/alami.v2i1.9247

Terbitan

Bagian

Artikel