Optimasi formula salep ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) sebagai antijamur terhadap Candida albicans dan Malassezia furfur secara in-vitro
DOI:
https://doi.org/10.24252/filogeni.v5i3.56860Abstract
Daun sirih hijau adalah salah satu tanaman herbal yang mudah ditemukan dan dibudidayakan di lingkungan masyarakat. Jamur Candida albicans dan Malassezia furfur merupakan penyebab infeksi yang paling umum di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas salep yang diformulasikan dari ekstrak daun sirih hijau terhadap pertumbuhan C. albicans dan M. furfur secara in-vitro. Dua teknik eksperimen digunakan dalam penelitian ini: difusi sumur dan difusi Kirby-Bauer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa daun sirih hijau mengandung metabolit sekunder flavonoid, alkaloid, terpenoid, steroid, tanin, dan saponin. Ekstrak dari daun sirih hijau mempunyai daya hambat kuat hingga sangat kuat terhadap C. albicans (zona hambat 27,4 ± 3,074 mm) dan M. furfur (25,8 ± 4,010 mm) pada konsentrasi 50%. Sebaliknya, salep ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) dengan konsentrasi 25% dan 50% hanya menunjukkan daya hambat lemah, yaitu 2,4 ± 0,556 mm dan 7,8 ± 0,378 mm terhadap C. albicans, serta 2,0 ± 1,006 mm dan 4,9 ± 1,761 mm terhadap M. furfur. Penurunan khasiat salep diduga akibat terbatasnya difusi dan stabilitas senyawa aktif selama formulasi. Temuan ini menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih hijau berpotensi menjadi antijamur alami yang efisien, namun khasiatnya berkurang bila digunakan sebagai salep.







