Abbasid Power Under Abu Ja’far Al-Mansur Through Ibn Khaldun’s Ashabiyah Concept

Penulis

  • Sopyan H Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
  • Ahmad M. Sewang Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
  • Hasaruddin Hasaruddin Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
  • Syamzan Syukur Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar

Kata Kunci:

Dinasti Abbasiyah; Kekhalifahan Umayyah; Asabiyah; Abu Ja'far al-Mansur; Baghdad; Legitimasi keagamaan; Konteks sejarah

Abstrak

Dinasti Abbasiyah, salah satu yang paling sukses dalam sejarah Islam, muncul dari sebuah revolusi yang menggulingkan Kekhalifahan Umayyah. Studi ini meneliti peran Abu Ja'far al-Mansur, khalifah kedua Abbasiyah, dalam memantapkan kekuasaan dan menegakkan stabilitas serta legitimasi dinasti tersebut. Dengan menggunakan metodologi kualitatif yang berakar pada penelitian sejarah, studi ini melakukan tinjauan pustaka komprehensif untuk menganalisis konteks sejarah Revolusi Abbasiyah, kontribusi al-Mansur, dan konsep asabiyah dari Ibn Khaldun. Temuan menunjukkan bahwa strategi al-Mansur yang beragam, termasuk pengembangan kota, reformasi ekonomi, organisasi militer, dan pemerintahan ideologis, sangat penting dalam memperkuat kekuasaan Abbasiyah. Pendirian Baghdad sebagai ibu kota, integrasi berbagai kelompok etnis, serta promosi legitimasi keagamaan melalui aliansi dengan para ulama menjadi faktor kunci dalam meningkatkan ketahanan dinasti tersebut. Selain itu, dinasti Umayyah berperan sebagai musuh bersama, mendorong solidaritas (asabiyah) di antara berbagai faksi dan memfasilitasi kebangkitan Abbasiyah. Kebijakan inklusif al-Mansur memperkuat loyalitas dan mengatasi perpecahan di dalam kekaisaran. Studi ini menyimpulkan bahwa al-Mansur adalah pemimpin transformatif yang berhasil mempersatukan ranah politik, agama, dan sosial, mewujudkan prinsip-prinsip asabiyah dan membangun pola solidaritas ideologis yang menopang kekuasaan Abbasiyah selama berabad-abad. Implikasi dari temuan ini menyoroti pentingnya pendekatan interdisipliner, relevansi konsep asabiyah dalam konteks modern, signifikansi narasi musuh bersama, serta perlunya studi-teori sosial lebih lanjut tentang kepemimpinan al-Mansur.

Referensi

Alexandre, H. “A Phenomenological Approach to Ibn Khaldun’s Concept of Group Feeling.” Thesis Eleven 187, no. 1 (2025): 128–44. https://doi.org/10.1177/07255136241308892.

Aniceti, Veronica, and Umberto Albarella. “The Role of Sheep Husbandry During the Arab Agricultural Revolution in Medieval Sicily (7th-14th C. AD).” Journal of Archaeological Science Reports 44 (2022): 103529. https://doi.org/10.1016/j.jasrep.2022.103529.

Arenas, Ruben Dario Mendoza, César Angel Durand Gonzales, Marisol Paola Delgado Baltazar, Josefrank Pernalete Lugo, José Luis Salazar Huarote, and Josefina Arimatea García Cruz. “Ibn Khaldun, Muqaddima: Outline on Conflict and Social Cohesion at the Dawn of Sociology or Social Theory.” Journal of Law and Sustainable Development 11, no. 7 (July 7, 2023): e1058. https://doi.org/10.55908/sdgs.v11i7.1058.

Diterbitkan

2025-12-05

Cara Mengutip

H, S., M. Sewang, A., Hasaruddin, H., & Syukur, S. (2025). Abbasid Power Under Abu Ja’far Al-Mansur Through Ibn Khaldun’s Ashabiyah Concept. Rihlah : Jurnal Sejarah Dan Kebudayaan, 13(02), 40–54. Diambil dari https://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/rihlah/article/view/60358

Artikel Serupa

> >> 

Anda juga bisa Mulai pencarian similarity tingkat lanjut untuk artikel ini.